> Menulis Puisi

Menulis puisi kadang menjadi beban terberat bagi seseorang.Hal ini karena anggapan bahwa puisi terlalu berat dari segi bahasa maupun penafsirannya. Oleh karena itulah, dalam pelajaran ini Anda akan berlatih menulis puisi.
Agar puisi yang Anda tulis dapat mewakili ide serta gagasan Anda, sebaiknya ikuti terlebih dahulu teknik-teknik penulisannya. Secara umum, tidak ada paksaan bagi seseorang untuk menulis puisi. Setiap orang dapat menulis puisi. Masalahnya, mau atau tidak mau orang tersebut tergerak untuk menuliskan kata-kata yang mampu mewakili hatinya.
Misalnya, jika Anda sedang sedih, jatuh cinta, kecewa, rindu pada Tuhan atau orang terkasih, semuanya dapat diekspresikan dalam bentuk puisi.
Selanjutnya, Anda harus sering berlatih untuk mengolah kata dan rasa. Hal ini secara perlahan dapat dilakukan dengan memahamiteknik-teknik menulis puisi. Dalam pelajaran ini, Anda akan belajarmemahami teknik-teknik tersebut dan mempraktikannya.
1. Mengenal Jenis-Jenis Puisi
Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi dapat dibedakan menjadi jenis berikut.
A. Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.
Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
B. Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
C. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
D. Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.
E. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
F. Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
G. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
H. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
I. Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
J. Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
2. Bait dalam Puisi
Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalampuisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik(bait) lainnya.
Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Pada sisi lain, bait juga berperan menciptakan tipografi puisi. Selain itu, bait juga berperanan dalam menekankan atau mementingkan suatu gagasan serta menunjukkan adanya loncatan-loncatan gagasan yang dituangkan penyairnya.
Sekarang, dengan jelas Anda dapat mengetahui bahwa bait-bait dalam puisi dapat diibaratkan sebagai suatu paragraf karangan yang paragraf atau baitnya telah mengandung pokok-pokok pikiran tertentu.
3. Unsur Rima dan Irama dalam Puisi
Dari sejumlah unsur struktur puisi yang telah diungkapkan, sekarang kita pusatkan perhatian pada aspek bunyi terlebih dahulu. Jika berbicara tentang masalah bunyi dalam puisi, kita harus memahami konsep tentang hal-hal berikut.
A. Rima, menyangkut pengulangan bunyi yang berselang,baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik sajak yangberdekatan.
B. Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsurmusikalitas, baik berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek,dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkankemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu.
Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibatpemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktumelaksanakan pembacaan secara oral.
C. Ragam bunyi meliputi euphony, cacophony, dan onomatope. Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.
Misalnya, rima antara bunyi vokal /u/ dalam bentuk “bulan”serta bunyi vokal /u/ dalam “belum”, seperti tampak pada salah satu puisi Abdul Hadi W.M. berjudul “Dan Bajumu” berikut.
Pasang bajumu. Dingin akan lalu melewat menyusup dekat semak-semak pohon kayu Tapi bulan belum kelihatan, puncak-puncak bukitsudah berhenti membandingkan dukamu, sehari keluh kesah Anda tentunya telah mengenal istilah euphony sebagai salah satu ragam bunyi yang mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas, maupun gerak.
Bunyi euphony umumnya berupa bunyibunyi vokal. Anda sendiri dapat mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung sesuatu yang menyenangkan umumnya mengandung bunyi vokal, seperti tampak pada kata “gembira”, “bernyanyi”, “berlari”, dan lain-lain. Pada puisi “Salju” tersebut, Anda dapat melihat adanya kata “pergi/mencari/matahari”.
Berkebalikan dengan bunyi euphony, bunyi cacophony adalah bunyi yang menuansakan suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan. Jika bunyi euphony umumnya terdapat dalam bentuk vokal, bunyi cacophony umumnya berupa bunyi-bunyikonsonan yang berada di akhir kata.
Bunyi konsonan itu dapat berupa bunyi bilabial, seperti nampak pada larik-larik ketika tubuh kuyup dan pintu tertutup. Peranan bunyi dalam puisi meliputi hal-hal berikut:
– untuk menciptakan nilai keindahan lewat unsur musikalitas atau kemerduan;
– untuk menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa dan sikap penyairnya;
– untuk menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.
4. Majas dalam Puisi
Beberapa contoh majas yang ada dalam puisi adalah sebagai
berikut.
A. Metafora, yakni pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya, misalnya, “cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna “ketidakabadian kehidupan”.
B. Metonimia, yakni pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik itu nama orang, benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu. Misalnya, “Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu”. “Kuntum bunga” di situ mewakili makna tentang remaja yang sedang tumbuh untuk mencapai cita-cita hidupnya.
C. Anafora, yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu puisi Sapardi Djoko Damono berikut. Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai terasa waktu masih mengalir di luar diri kita. Awas, jangan menoleh,tak ada yang memerlukan kita lagi tak ada yang memanggil kembali.
Sumber: Dokumentasi pribadi
D. Oksimoron, yaitu majas yang menggunakan penggabungankata yang sebenarnya acuan maknanya bertentangan. Misalnya, pada salah satu puisi Sapardi Djoko Damono berikut.
Begini: kita mesti berpisah. Sebab Sudah terlampau lama bercinta

> Membacakan Puisi

Pernahkah Anda membaca puisi? Puisi yang dibacakan dapat lebih dihayati, baik oleh pendengar ataupun pembacanya jika diperhatikan aspek lafal, nada, intonasi, dan tekanannya. Lafal meliputi kejelasan kita dalam mengucapkan kata-kata puisi.
Nada meliputi cara suasana kita membawakan puisi yang bernuansa sedih, semangat, atau bahkan syahdu.
Adapun intonasi puisi yang dibacakan menyangkut bagaimana kita membuat jeda antarkata ataupun antarbaris dalam puisi. Intonasi harus kita perhatikan karena menyangkut kapan kita harus berhenti dalam membacakan kata-kata puisi.
Selanjutnya, tekanan menyangkut kapan kita harus menaikkan atau menurunkan tinggi rendahnya puisi yang kita deklamasikan. Pembacaan puisi yang penuh penghayatan kadang membuat pendengar terbawa atau terhanyut dalam isi puisi.
Seseorang yang mendeklamasikan puisi dengan memenuhi kaidah lafal, nada, intonasi, dan tekanan akan membuat puisi itu lebih bermakna dan dihayati oleh pendengar. Salah satu penyair yang ahli mendeklamasikan puisinya adalah Sutardji Calzoum Bachri.
Ia selalu membawakan puisinya seakan masuk dunia lain yang sangat puitis dan begitu indah didengar. Apakah Anda mengenal penyair lain yang sering membacakan puisinya dengan baik?
Bagaimanakah cara mendeklamasikan puisi yang baik itu? Berikut ini teknik dasar yang dapat Anda praktikkan untuk berlatih mendeklamasikan puisi.
1. Kenali dulu gaya atau jenis puisi tersebut.
Misalnya, puisi yang berisi perjuangan nantinya harus dibawakan dengan gaya semangat. Adapun jika puisi tersebut berisi hal yang penuh nilai-nilai religius dapat dibawakan dengan suasana syahdu.
2. Hayati dan pahami isi puisi dengan interpretasi Anda sendiri.
Hal ini akan membantu Anda merasakan bahwa puisi yang dibawakan nantinya akan menyatu dengan sanubari Anda sendiri.
3. Selanjutnya, Anda dapat membaca secara berulang-ulang isi puisi tersebut.
Mulanya, mungkin Anda bisa membacanya dalam hati kemudian mengucapkan secara bergumam. Selama menghayati dengan membaca berulang-ulang, janganlah Anda terpengaruh oleh suasana sekeliling.
Tanamkanlah dalam diri bahwa Anda bisa masuk dalam isi dunia puisi tersebut. Dengan begitu, Anda akan menyatu dengan keseluruhan bait puisi dan makna di dalamnya secara penuh.
4. Lakukanlah latihan membaca puisi dengan berulang-ulang.
Sebelumnya, Anda dapat memberi tanda intonasi, tekanan, atau nada pada puisi yang akan Anda bacakan. Hal ini nantinya akan membantu Anda dalam mendeklamasikan isi puisi dengan pembawaan sepenuh hati.
Sebagai langkah awal, lakukanlah latihan di depan cermin. Dalam hal ini, Anda sekaligus dapat menilai gesture serta mimik Anda sendiri.
Selanjutnya, Anda dapat mempraktikkan pendeklamasian puisi di hadapan teman atau keluarga Anda. Silakan Anda meminta pendapat dari mereka. Hal ini akan lebih membantu Anda jika ada kritik atau masukan dari orang lain.

> Menceritakan Pengalaman

Apakah Anda senang menulis pengalaman dalam buku harian? Buku harian dapat menjadi biografi sederhana yang memuat segala aktivitas dan pengalaman yang telah Anda alami. Ada beragam pengalaman yang telah Anda alami dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah pengalaman selama Anda berada di Kelas X sekarang. Mungkin, Anda pernah mengalami pengalaman seru bersama teman-teman. Pengalaman yang Anda alami dapat diceritakan kepada teman-teman sekelas. Tentunya, dalam menceritakan pengalaman.
Anda harus memperhatikan cara berbicara dalam menyampaikan apa yang ada dalam pikiran. Hal tersebut dapat ditunjang dengan ekspresi dan gerak tubuh sehingga pendengar menjadi tertarik mendengarkannya.
Pengalaman yang Anda ceritakan dapat dilakukan dalam kegiatan perkenalan, berdiskusi, dan bercerita. Saat menceritakan pengalaman tersebut, Anda dapat menggunakan berbagai macam ekspresi wajah, antara lain:
1. senang;
2. sedih;
3. terharu;
4. kesal.
Ekspresi wajah tersebut dapat menunjang kegiatan penyampaian Cerita Anda.  Dengan demikian, orang yang menyimak cerita Anda akan lebih mudah memahami cerita yang Anda sampaikan. Sekarang, temukanlah berbagai macam ekspresi lain yang belum disebutkan.
Perhatikanlah wajah Anda di depan cermin. Berbagai ekspresi wajah yang Anda praktikkan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan menceritakan pengalaman Anda. Tanpa ekspresi, penyampaian cerita Anda akan terkesan datar dan biasa-biasa saja. Hal ini, tentunya, akan membuat pendengar menjadi bosan.
Berikut ini contoh pengalaman yang dialami oleh teman Anda, Priska Anggraeni. Bacakanlah dengan ekspresif di depan teman-teman atau keluarga.
Tanggapan yang dikemukakan oleh teman Anda tersebut, dapat dijadikan bahan diskusi kelas. Pengalaman tersebut dapat memberikan dampak manfaat bagi orang lain. Dari pengalaman tersebut kita bisa lebih tergugah untuk membantu dunia pendidikan di sekitar kita. Hal ini terutama untuk anak-anak yang kurang mampu.
Adapun hal-hal yang perlu Anda perhatikan saat menyampaikan pengalaman kepada orang lain adalah sebagai berikut.
1. Tentukan pengalaman apa yang kiranya dapat menggugah orang lain untuk tertarik mendengarkan cerita Anda.
2. Gunakan bahasa yang baik dan runtut.
3. Perhatikan pula intonasi, pelafalan, jeda, ekspresi, serta pilihan kata Anda saat bercerita. 
Hal ini akan jadi penentu menarik atau tidaknya pengalaman yang Anda ceritakan. Selain itu, perhatikanlah pula cara mata Anda mengarahkan pandangan kepada orang lain yang mendengarkan cerita pengalaman Anda.
4. Jika perlu, Anda dapat menggunakan bahan penunjang lain.
Misalnya gambar, foto, ataupun benda yang mendukung penceritaan pengalaman Anda tersebut. Misalnya, pengalaman saat Anda berkunjung ke tempat wisata. Anda dapat menceritakan pengalaman dengan menunjukkan foto-foto saat Anda berada di tempat wisata tersebut.
5. Bersikaplah terbuka kepada orang lain yang mendengarkan cerita pengalaman Anda. 
Dalam hal ini, jangan Anda saja yang bicara. Bisa saja teman Anda menimpali atau mengajukan pertanyaan tentang pengalaman tersebut. Hal ini akan membuat orang lain yang mendengarkan lebih terbawa dan merasakan apa yang Anda alami.
Sebuah cerita pengalaman yang dialami seseorang akan menimbulkan beragam tanggapan perasaan bagi orang lain. Jika Anda menceritakan pengalaman lucu, orang lain akan merasakan kelucuan tersebut dengan tertawa. Selain itu, jika Anda menceritakan hal menyedihkan atau mengharukan, teman Anda akan terbawa dalam kesedihan atau keharuan yang Anda alami.

> Mengidentifikasi Unsur Sastra

Saat Anda mempelajari karya sastra di Pelajaran 3B dahulu, Anda telah mengenal unsur-unsur dalam (intrinsik) yang ada pada karya sastra. Hal tersebut dapat menjadi bahan untuk Anda dalam mempelajari isi cerpen. Selain itu, ada juga unsur luar yang terdapat dalam cerita pendek.
Unsur tersebut dinamakan unsur ekstrinsik.
Unsur ekstrinsik merupakan bagian luar dari karya cerpen yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan isi cerita. Namun, sebuah
karya dapat mencerminkan kapan dan bagaimana situasi karya itu dibuat. 
Dalam hal ini, karya intrinsik berhubungan dengan kondisi pengarang, situasi sosial waktu karya dibuat, bagaimana keadaan penerbit, sampai bentuk buku cerpen atau naskah tersebut.
1. Tokoh
Salah satu tokoh yang ada dalam novel Tarian Bumi tersebut
adalah Telaga. Ia bertindak sebagai tokoh utama. Adapun tokoh
tambahannya adalah Ibu Telaga dan neneknya.
2. Tema
Tema utama yang ada pada novel tersebut menyangkut pola
pemikiran seorang wanita dalam menghadapi budaya di sekitarnya.
Adapun budaya tersebut lebih banyak merugikan kaum wanita.
3. Alur
Jalan cerita yang ada dalam penggalan novel termasuk jalan
cerita yang bergerak maju. Adapun jika Anda ingin lebih mengetahui
jalan cerita secara utuh, Anda dapat membaca novel karya Oka
Rusmini tersebut secara lengkap. Hal ini akan membuat Anda
memiliki pemahaman lain atas isi secara utuh dari novel tersebut.
4. Latar
Kita dapat mengamati latar dengan adanya penamaan tokoh dan
juga budayanya. Jadi, latar tempat yang ada dalam penggalan novel
adalah kaum masyarakat Bali. Adapun latar sosial yang ada dalam
penggalan novel tersebut adalah hubungan budaya masyarakat
dengan kehidupan kaum wanita secara tidak langsung.
5. Penokohan/Karakter
Dalam novel tersebut, kita dapat mengamati karakter setiap
tokoh. Sebagai tokoh utama, Telaga memercikkan sebuah pemberontakan
atas keadaan di sekelilingnya. Ia mengalami konflik
batin untuk keluar dari kungkungan adat yang ada di sekitarnya. Hal
ini ditunjukkan dengan penggalan berikut.
Kehidupan apa ini? Orang-orang dalam rumah ini hanya membuat
Telaga seperti buku kosong yang ditulisi dengan paksa dan
terburu-buru. Telaga harus memberikan halaman-halaman kosong
dalam jiwanya untuk ditulisi oleh sesuatu yang tidak diinginkan.
Lain halnya dengan tokoh Nenek Telaga yang kuat memegang
adat dan menjadikan perempuan harus tunduk pada takdirnya. Ia
menganggap Telaga harus mengikuti keinginan dan segala aturan
yang dibuatnya.

> Menulis Paragraf Ekspositoris

Apakah Anda pernah membaca artikel kesehatan, misalnya tentang suatu penyakit? Anda dapat mengenali gejala penyakit sampai cara penanganannya dengan jelas. Artinya, tulisan tersebut telah menggunakan pola pengembangan paragraf ekspositoris. 
Dalam karangan ekspositoris, sesuatu dipaparkan dengan runtut sehingga masalahnya menjadi jelas.
Tujuan karangan ini adalah memberi informasi/penjelasan kepada pembaca dengan cara mengembangkan gagasan. Saat Anda menulis paragraf ekspositoris, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut.
1. Anda dapat mendaftar topik-topik yang kiranya menarik untuk Anda kembangkan.
2. Menyusun kerangka karangan untuk memudahkan Anda mengembangkan pokok-pokok pikiran. Berikut ini adalah contoh kerangka ekspositoris.
Langkah selanjutnya, Anda dapat melakukan penyuntingan. Dalam hal ini, Anda dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan panduan Ejaan yang Disempurnakan.
Kegiatan penyuntingan ini dapat dilakukan dengan bertukar silang hasil pekerjaan teman. Dalam hal ini, Anda dan teman dapat mendiskusikan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dari isi karangan ekspositoris yang telah ditulis.