> Dinding Kayu

Bahan bangunan memiliki sifat-sifat teknis yang berbeda-beda.
Jika pemilihan kayu sebagai bahan bangunan yang akan dipakai dalam
konstruksi bangunan maka pengetahuan akan metode-metode
pengerjaan kayu harus dipelajari. Kayu sampai saat ini masih
merupakan bahan bangunan yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Bahkan dewasa ini kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang
mahal.

1. Dinding Kayu Batang Tersusun

Konstruksi batang tersusun untuk dinding dari kayu merupakan
cara yang paling tua, yang sarnpai sekarang masih dipergunakan, Hanya
bentuknya berlainan. Karena kayu mempunyai daya isolasi yang tinggi
maka di Skandinavia dan Eropa Timur konstruksi batang tersusun banyak
digunakan.

Di daerah hutan di Eropa rumah-rumah kediaman dan
sebagainya dibangun dengan konstruksi batang tersusun
Konstruksi rangka tersusun disusun setingkat-setingkat. Kudakuda
penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya diatur, sehingga
beban angin langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Penyusutan
konstruksi rangka tersusun di bagian-bagian konstruksi yang melintang
tidak beraturan, bantalan-bantalan, balok lantai dan balok loteng
penyusutannya besar.

Di bagian konstruksi yang tegak yang berupa
tiang-tiang penyusutannya kecil. Dengan memperhatikan perbedaan
dalam penyusutan tersebut di atas, maka lapisan yang tegak tidak boieh
dipasang langsung lebih tinggi dari satu tingkat. Untuk bagian-bagian
konstruksi yang melintang penyusutan sama seperti di konstruksi batang
tersusun, yaitu 3 cm per meter tinggi. Pada konstruksi rangka tersusun
yang terbuka seperti telah disebut di atas, maka untuk kayu bantalan
disarankan agar memakai kayu Ulin atau Jati, karena mempunyai daya
tahan terhadap hujan dan panas yang lebih daripada kayu yang lain.

Dalam konstruksi rangka tersusun tempat-tempat yang terbuka antara
tiang-tiang, palang-palang dan sebagainya diisi dengan tembok dari bata.
Jarak antar tiang pada umumnya sekitar 80 cm.


2. Dinding Kayu Batang Melintang
Gording merupakan bagian atas penutup atap, yang
mendukung seluruh beban atap. Pada bangunan yang bertingkat
gording berperan juga mendukung dinding atasnya. Tinggi gording
disesuaikan dengan beban dan jarak tiang, akan tetapi minimal
12cm. Sambungan seperti pada bantalan, hanya pada sambungan
panjangnya dengan sambungan serong bertingkat, ditambah dengan
dua baut untuk menahan gaya tarik.

Bantalan ke bawah membatasi dinding dan menumpunya.
Bebannya akan disalurkan pada kaki pondasi atau kepala balok.
Oleh sabab itu bantalan harus seluruhnya bertumpu dan cukup kuat.

Bantalan pada dinding bata atau beton harus dikuatkan letaknya
dengan baut angkur yang dimasukkan di dalam dinding, dan pada
kepala balok disambung dengan baut. Kalau bantalan itu tidak cukup
panjang untuk seluruh dinding, maka bisa disambung. Sambungan
dengan ditakik separuh, lihat. Bantalan sebaiknya dibuat dari kayu
Ulin atau kayu Jati, untuk menghindarkan kerusakan oleh
kelembaban.

Palang berfungsi membagi bidang antara dua tiang atau kuda
penopang dalam bidang yang lebih kecil. Dengan demikian, palang
akan memperkuat dinding juga. Melihat tinggi dinding maka
digunakan 2 sampai 3 palang. Palang disambungkan pada tiang dan
kuda penopang dengan pen biasa. Palang pintu bagian atas dan
palang jendela disambungkan dengan pen bergigi tunggal. Kedua
macam palang ini berukuran seperti tiang palang antara biasanya 2
cm lebih rendah.

3. Dinding Kayu Batang Tegak

Tinggi konstruksi tiang menentukan tinggi dinding. Tiang
berdiri tegak lurus antara bantalan dan gording dinding. Tiang
biasanya berpenampang bujur sangkar. Kalau penampang ini tidak
sesuai pada suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda yang
ditanam disambung dengan baut. Biasanya ini hanya terjadi pada
gedung-gedung dengan beberapa tingkat, dimana tiang ganda ini
berlajur terus sampai semua tingkat. Di atas dan di bawah tiang
biasanya diberi pen, yang dalam bantalan sedikitnya 4 cm, dan pada
gording dinding sedikitnya 6 cm panjangnya, yaitu ½ tingginya.


4. Dinding Kayu Batang Miring
Kuda penopang membagi segiempat bidang dinding yang
goyah dalam bidang segitiga yang mantap. Menjaga agar dinding
tidak bergerak oleh benturan atau tekanan angin. Antara tiang dan
kuda penopang, dalarn bantalan dan gording dinding harus tersisa 8
sampai 12 cm kayu muka, untuk menghindarkan pergeseran.

Penampang kuda penopang sedikitnya harus sarna dengan tiang.
Sering juga digunakan yang 2 cm lebih lebar. Sambungan atas dan
bawah dengan pen atau gigi tunggal menurut detail l sampai n.


5. Dinding Kayu Rangka Terusan (Lajur)
Konstruksi rangka terusan pada umumnya bagian luar dan
dalam dilapisi dengan papan. Tiang-tiang menembus melalui semua
tingkat bangunan. Oleh karena itu penyusutannya sedikit dan pada
dasarnya hanya tergantung dari bagian-bagian konstruksi yang
melintang. Maka bagian ini harus memenuhi syarat-syarat teknis.

Konstruksi rangka terusan pada umumnya dibuat dari papan.
Sambungan-sambungan seperti pen, gigi tunggal dan sebagainya tidak
digunakan disini, sebab semua sambungan dipaku. Untuk tiap-tiap
sambungan diperlukan paling sedikit empat paku. Jarak dari tiap-tiap
tiang pada umumnya kira-kira 60 cm.

Kestabilan pada arah horisontal diperoleh dari papan kuda-kuda
penopang atau dari lapisan papan-papan yang dipaku dan dipasang
diagonal. Kekuatan papan untuk rangka dinding yang bisa digunakan
adalah: 5/10, 5/12, 6/12. Berbeda dengan pada konstruksi tersusun,
maka pada konstruksi rangka terusan (lajur) biasanya dipasangkan
dinding papan atau susunan sirap. Beberapa cara pemasangan papan
dinding yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pemasangan papan dinding vertikal

Pemasangan papan dinding dengan lis pelindung (lis tempel):
Papan dipaku di tengah saja setiap 60 – 90 cm. Tebal papan 20 mm dan
tidak boleh lebih dari 16 cm lebarnya. Lis tempel berukuran 45/45 mm
dengan sisi miring disekrup dengan sekrup ukuran minimum 2 1/2″ pada
jarak sejauh jarak papan. Pemasangan semacam ini memungkinkan
papan menyusut dan mengembang tanpa mengakibatkan timbulnya
pecahan.

Pemasangan papan bersponing dengan sela konis juga menggunakan
sekrup untuk menghindarkan melengkungnya papan. Arah datangnya
angin dan hujan harus diperhatikan, sehingga bisa dihindarkan air
masuk melalui celah sambungan vertikal

b. Pemasangan papan dinding horisontal

Papan dinding horisontal menggunakan papan berukuran
maximum 20/160 mm. Seperti pada pemasangan papan kap, atau
pada pemasangan papan dengan sponing khusus, pemasangan
dilakukan dari papan ujung bawah. Setiap papan disekrup atau
dipaku di bagian bawahnya. Dengan rnenggunakan sekrup,
melengkungnya papan dapat dihindarkan. Sambungan papan-papan
dapat diatur selang-seling.


c. Pemasangan dinding sirap
Untuk bangunan kayu, maka dinding sirap merupakan penutup
dinding yang paling ideal, karena dapat disesuaikan rnenyusut dan
mengembangnya pada bidang konstruksi dinding tanpa berakibat tidak
baik. Keuntungan lainnya ialah bahwa dinding sirap memberi
perlindungan yang baik terhadap iklim dan tahan lama. Dinding sirap
yang sudah terpasang boleh dikatakan tidak membutuhkan perawatan.

Dinding sirap dipasangkan pada papan atau pada reng. Untuk
dinding biasa, yaitu dinding yang terlindung oleh atap, pemasangan dua
lapis sudah memadai. Tetapi karena biasanya sirap yang digunakan
untuk menutup dinding dari kualitas dua atau tiga, karena kualitas satu
dan dua sudah digunakan untuk atap, maka disarankan pemasangan
empat lapis.

Sirap dipaku dengan paku berkepala datar ukuran 1″. Sirap
yang dipotong lurus lebih baik daripada yang dipotong runcing. Sirap
berujung runcing ini menyalurkan air melalui alur sambungan daun sirap
yang di bawahnya. Dengan menggunakan sirap yang panjangnya 55 – 60
cm, diperoleh deretan sirap yang berjarak 14 cm. Pemakuan deretan
sirap dilakukan dengan rnenggunakan benang yang direntangkan. Untuk
bidang yang sempit dapat ditarik garis dengan pensil melalui sebuah mistar.

> Dinding Kayu Batang Melintang

Gording merupakan bagian atas penutup atap, yang
mendukung seluruh beban atap. Pada bangunan yang bertingkat
gording berperan juga mendukung dinding atasnya. Tinggi gording
disesuaikan dengan beban dan jarak tiang, akan tetapi minimal
12cm. Sambungan seperti pada bantalan, hanya pada sambungan
panjangnya dengan sambungan serong bertingkat, ditambah dengan
dua baut untuk menahan gaya tarik.

Bantalan ke bawah membatasi dinding dan menumpunya.
Bebannya akan disalurkan pada kaki pondasi atau kepala balok.

Oleh sabab itu bantalan harus seluruhnya bertumpu dan cukup kuat.
Bantalan pada dinding bata atau beton harus dikuatkan letaknya
dengan baut angkur yang dimasukkan di dalam dinding, dan pada
kepala balok disambung dengan baut. Kalau bantalan itu tidak cukup
panjang untuk seluruh dinding, maka bisa disambung. Sambungan
dengan ditakik separuh, lihat. Bantalan sebaiknya dibuat dari kayu
Ulin atau kayu Jati, untuk menghindarkan kerusakan oleh kelembaban.

Palang berfungsi membagi bidang antara dua tiang atau kuda
penopang dalam bidang yang lebih kecil. Dengan demikian, palang
akan memperkuat dinding juga. Melihat tinggi dinding maka
digunakan 2 sampai 3 palang. Palang disambungkan pada tiang dan
kuda penopang dengan pen biasa. Palang pintu bagian atas dan
palang jendela disambungkan dengan pen bergigi tunggal. Kedua
macam palang ini berukuran seperti tiang palang antara biasanya 2
cm lebih rendah.

> Dinding Kayu Batang Tersusun

Bahan bangunan memiliki sifat-sifat teknis yang berbeda-beda.
Jika pemilihan kayu sebagai bahan bangunan yang akan dipakai dalam
konstruksi bangunan maka pengetahuan akan metode-metode
pengerjaan kayu harus dipelajari. Kayu sampai saat ini masih
merupakan bahan bangunan yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Bahkan dewasa ini kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang mahal.


Batang Tersusun
Konstruksi batang tersusun untuk dinding dari kayu merupakan
cara yang paling tua, yang sarnpai sekarang masih dipergunakan, Hanya
bentuknya berlainan. Karena kayu mempunyai daya isolasi yang tinggi
maka di Skandinavia dan Eropa Timur konstruksi batang tersusun banyak
digunakan. Di daerah hutan di Eropa rumah-rumah kediaman dan
sebagainya dibangun dengan konstruksi batang tersusun

Konstruksi rangka tersusun disusun setingkat-setingkat. Kudakuda
penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya diatur, sehingga
beban angin langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Penyusutan
konstruksi rangka tersusun di bagian-bagian konstruksi yang melintang
tidak beraturan, bantalan-bantalan, balok lantai dan balok loteng
penyusutannya besar. Di bagian konstruksi yang tegak yang berupa
tiang-tiang penyusutannya kecil.

Dengan memperhatikan perbedaan
dalam penyusutan tersebut di atas, maka lapisan yang tegak tidak boieh
dipasang langsung lebih tinggi dari satu tingkat. Untuk bagian-bagian
konstruksi yang melintang penyusutan sama seperti di konstruksi batang
tersusun, yaitu 3 cm per meter tinggi. Pada konstruksi rangka tersusun
yang terbuka seperti telah disebut di atas, maka untuk kayu bantalan
disarankan agar memakai kayu Ulin atau Jati, karena mempunyai daya
tahan terhadap hujan dan panas yang lebih daripada kayu yang lain.

Dalam konstruksi rangka tersusun tempat-tempat yang terbuka antara
tiang-tiang, palang-palang dan sebagainya diisi dengan tembok dari bata.
Jarak antar tiang pada umumnya sekitar 80 cm.

Keterangan:
1. Kasau
2. Tambahan kasau miring
3. Gording dinding
4. Balok loteng
5. Tiang
6. Palang
7. Bantalan
8. Tiang sudut
9. Kuda penopang
10. Palang (ambang jendela)
11. Balok loteng
12. Balok loteng ekor

> Dinding Kayu Batang Tegak

Tinggi konstruksi tiang menentukan tinggi dinding. Tiang
berdiri tegak lurus antara bantalan dan gording dinding. Tiang
biasanya berpenampang bujur sangkar. Kalau penampang ini tidak
sesuai pada suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda yang
ditanam disambung dengan baut.

Biasanya ini hanya terjadi pada gedung-gedung dengan beberapa tingkat, dimana tiang ganda ini
berlajur terus sampai semua tingkat. Di atas dan di bawah tiang
biasanya diberi pen, yang dalam bantalan sedikitnya 4 cm, dan pada
gording dinding sedikitnya 6 cm panjangnya, yaitu ½ tingginya.

> Dinding Kayu Batang Miring

Kuda penopang membagi segiempat bidang dinding yang
goyah dalam bidang segitiga yang mantap. Menjaga agar dinding
tidak bergerak oleh benturan atau tekanan angin. Antara tiang dan
kuda penopang, dalarn bantalan dan gording dinding harus tersisa 8
sampai 12 cm kayu muka, untuk menghindarkan pergeseran.

Penampang kuda penopang sedikitnya harus sarna dengan tiang.
Sering juga digunakan yang 2 cm lebih lebar. Sambungan atas dan
bawah dengan pen atau gigi tunggal menurut detail l sampai n,
gambar XII-6.

Keterangan:
a) ditakik separuh-separuh
b) pen dan lobang terbuka;
c) pen lurus tersembunyi
d) pen serong tersembunyi
e) ditakik setengah ekor burung
f) sudut ditakik bertingkat
g) malang dengan pen dan gigi tunggal
h) Tiang dengan pen
i) kuda penopang dengan pen
j) malang dengan pen, gigi tunggal dan sponing
k) bantalan dengan pen
l) bantalan dengan gigi tunggal
m) bantalan dengan pen dan gigi tunggal

Ukuran balok kayu untuk rangka dinding yang bisa digunakan
dalam centimeter :

untuk bantalan : 6/8 8/8 8/10 10/10 10/12 2/12
untuk gording : 8/12 10/12 10/14 12/14 12/16
untuk tiang : 8/8 10/10 12/12
kuda penopang : 8/8 8/10 10/10 10/12 12/12 12/14
untuk palang : 6/8 8/8 8/10 10/10 10/12 12/12

Rangka dinding bagian luar sering kali terkena pengaruh
hujan dan panas, sehingga semua sambungan harus dibuat tepat,
rata dan bersih, sehingga tidak dapat dimasuki air. Hal itu dapat
dicapai dengan pembuatan bidang sambungan dengan tepat dan dengan
pengecatan dan kayu yang digunakan harus yang sudah
kering. Sebagai pengaman dapat juga bidang-bidang sambungan
yang sudah selesai dibuat, sebelum dipasang dicat.

Dengan memperhatikan alam sekitar dan latar belakang
kebudayaan masyarakat suku primitif, pemasangan kuda-kuda
penopang dinding sering kali dibuat menurut rumus hias dengan arti
tertentu, seperti terlihat pada gambar XII-7 berikut ini:

  
Sirnbol-simbol ini berarti:

1. Kuda penopang biasa
2. Simpul sihir
3. Salib Andreas
4. Betina
5. laki-Iaki liar
6. Tari petani
7. Matahari
8. Pohon kehidupan

> Dinding Kayu Rangka Terusan (Lajur)

Konstruksi rangka terusan pada umumnya bagian luar dan
dalam dilapisi dengan papan. Tiang-tiang menembus melalui semua
tingkat bangunan. Oleh karena itu penyusutannya sedikit dan pada
dasarnya hanya tergantung dari bagian-bagian konstruksi yang
melintang. Maka bagian ini harus memenuhi syarat-syarat teknis.

Konstruksi rangka terusan pada umumnya dibuat dari papan.
Sambungan-sambungan seperti pen, gigi tunggal dan sebagainya tidak
digunakan disini, sebab semua sambungan dipaku. Untuk tiap-tiap
sambungan diperlukan paling sedikit empat paku. Jarak dari tiap-tiap
tiang pada umumnya kira-kira 60 cm.

Kestabilan pada arah horisontal diperoleh dari papan kuda-kuda
penopang atau dari lapisan papan-papan yang dipaku dan dipasang
diagonal. Kekuatan papan untuk rangka dinding yang bisa digunakan
adalah: 5/10, 5/12, 6/12. Berbeda dengan pada konstruksi tersusun,
maka pada konstruksi rangka terusan (lajur) biasanya dipasangkan
dinding papan atau susunan sirap. Beberapa cara pemasangan papan
dinding yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pemasangan papan dinding vertikal

Pemasangan papan dinding dengan lis pelindung (lis tempel):
Papan dipaku di tengah saja setiap 60 – 90 cm. Tebal papan 20 mm dan
tidak boleh lebih dari 16 cm lebarnya. Lis tempel berukuran 45/45 mm
dengan sisi miring disekrup dengan sekrup ukuran minimum 2 1/2″ pada
jarak sejauh jarak papan. Pemasangan semacam ini memungkinkan
papan menyusut dan mengembang tanpa mengakibatkan timbulnya
pecahan.

Pemasangan papan bersponing dengan sela konis juga menggunakan
sekrup untuk menghindarkan melengkungnya papan. Arah datangnya
angin dan hujan harus diperhatikan, sehingga bisa dihindarkan air
masuk melalui celah sambungan vertikal

b. Pemasangan papan dinding horisontal

Papan dinding horisontal menggunakan papan berukuran
maximum 20/160 mm. Seperti pada pemasangan papan kap, atau
pada pemasangan papan dengan sponing khusus, pemasangan
dilakukan dari papan ujung bawah. Setiap papan disekrup atau
dipaku di bagian bawahnya. Dengan rnenggunakan sekrup,
melengkungnya papan dapat dihindarkan. Sambungan papan-papan
dapat diatur selang-seling. Lihat gambar XII-8.



c. Pemasangan dinding sirap
Untuk bangunan kayu, maka dinding sirap merupakan penutup
dinding yang paling ideal, karena dapat disesuaikan rnenyusut dan
mengembangnya pada bidang konstruksi dinding tanpa berakibat tidak
baik. Keuntungan lainnya ialah bahwa dinding sirap memberi
perlindungan yang baik terhadap iklim dan tahan lama. Dinding sirap
yang sudah terpasang boleh dikatakan tidak membutuhkan perawatan.

Dinding sirap dipasangkan pada papan atau pada reng. Untuk
dinding biasa, yaitu dinding yang terlindung oleh atap, pemasangan dua
lapis sudah memadai. Tetapi karena biasanya sirap yang digunakan
untuk menutup dinding dari kualitas dua atau tiga, karena kualitas satu
dan dua sudah digunakan untuk atap, maka disarankan pemasangan
empat lapis.

Sirap dipaku dengan paku berkepala datar ukuran 1″. Sirap
yang dipotong lurus lebih baik daripada yang dipotong runcing. Sirap
berujung runcing ini menyalurkan air melalui alur sambungan daun sirap
yang di bawahnya. Dengan menggunakan sirap yang panjangnya 55 – 60
cm, diperoleh deretan sirap yang berjarak 14 cm. Pemakuan deretan
sirap dilakukan dengan rnenggunakan benang yang direntangkan. Untuk
bidang yang sempit dapat ditarik garis dengan pensil melalui sebuah
mistar.

> Plafon (Pendahuluan)

Plafon adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi
sebagai langit-langit bangunan. Pada dasarnya plafon dibuat dengan
maksud untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung
masuk ke dalam rumah setelah melewati atap. Namun demikian dewasa
ini plafon tidak lagi hanya sekedar penghambat panas atau dingin,
melainkan juga sebagai hiasan yang akan lebih mempercantik interior
suatu bangunan. Plafon biasanya dibuat dengan ketinggian tertentu.

Namun sebagai variasi ada juga yang dibuat tidak selalu rata. Variasi
tersebut dikenal sebagai plafond drop ceiling. Plafon dibuat lebih tinggi
dari yang lain.

Manfaat/kegunaan dari plafon antara lain sebagai berikut :

a. Supaya ruangan di bawah atap selalu tampak bersih, dan tidak
tampak kayu dari rangka-atapnya.
b. Untuk menahan kotoran yang jauh dari bidang atap melalui
celah-celah genteng.
c. Untuk menahan percikan air, agar seisi ruangan selalu terlindung.
d. Untuk mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap.

> Rangka Plafon

Untuk pemasangan plafon diperlukan konstruksi khusus untuk
menggantungkannya yang dikenal dengan nama rangka plafon. Bahan
rangka plafon yang umum digunakan adalah kayu, meskipun dewasa ini
dikenal juga rangka plafon dari bahan besi hollow (besi berbentuk kotak).

Bahan ini tahan terhadap rayap dan api yang membuat plafon bertahan
lama dibanding menggunakan kayu.

a. Ukuran Batang Rangka Plafon
Ukuran batang rangka plafon ditentukan dari jarak bentang dari
ruangan, jenis bahan yang digunakan, dan panjang-pendeknya batang
gantung. Ukuran-ukuran batang yang biasa dipakai seperti tercantum
pada daftar berikut.

Ukuran-ukuran batang kayu tersebut berdasarkan pengalaman
empiris dan yang biasa digunakan. Ukuran tersebut dapat saja berubah
sesuai dengan hasil hitungan berdasarkan kekuatan kayu.

Rangka langit-Iangit untuk kuda-kuda biasa dibuat dari kayu
ukuran 4/6 atau 5/7, dilengkapi dengari klos dari reng 2/3 cm yang
dipasang berselang-seling. Pada kuda-kuda papan untuk rangka langit-
Iangit cukup dengan menggunakan kayu reng berukuran ¾ cm.

b. Ketentuan Pemasangan
Batang-batang dipasang rata dengan bagian bawah balok-ikat
kuda-kuda. Jika jarak antar dinding yang mendukung kuda-kuda dalam
ruangan kurang dari jarak antara kuda-kuda, maka batang-batang
gantung plafon induk dipasang tegak lurus arah dinding dan masuk
dalam pasangan dinding. Namun, jika jarak antara kuda-kuda kurang
dari jarak antar dinding yang mendukung kuda-kuda, maka batangbatang
gantung plafon induk dipasang tegak lurus pada balok ikat dari kuda-kuda.

Pada prinsipnya pemasangan batang penggantung plafon adalah
sama, tetapi jaraknya tidak sama tergantung dari bahan plafon yang
igunakan. Pada bangunan perumahan dalam pemasangan plafond,
ketentuan untuk tinggi ruang/kamar minimal sekurang-kurangnya 2,40 m
kecuali kalau kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya ½ dari luas
ruang mempunyai tinggi ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada
titik terendah tidak kurang dari 1,75 m. Pada ruang cuci dan kamar
mandi diperbolehkan sampai sekurang-kurangnya 2,10 m.

> Penutup Plafon

Bahan plafon sangat banyak ragamnya, dari kayu, multiplek,
lembar semen asbes, hardbord, softboard, acoustic tile, particle board,
aluminimum, sampai gipsum.

Pilihan yang paling murah dan baik adalah papan gipsum, karena
perawatannya mudah. Berikut merupakan beberapa keuntungan bila
memilih papan gipsum;

a. Harga jadi untuk 1 m2 terpasang lebih murah dibandingkan dengan
memakai triplek.
b. Bahannya rata, pertemuan antar papan tidak terdapat celah.
c. Bila terjadi kerusakan pada bagian tertentu, tidak diperlukan
pembongkaran total, cukup bagian rusak saja yang dipotong. Lalu,
potong papan gypsum yang baru, kemudian tempelkan pada
potongan yang rusak tadi dengan menggunakan semen compound
(semen pengikat bahan gipsum), pegang sebentar lalu dilepas.
d. Tahap selanjutnya adalah pemasangan lisplafon. Bahan terbuat dari
gipsum dengan panjang 2,5 meter. Cara pemasangannya pun
menggunakan semen compound.
e. Untuk finishing plafon, cat yang dipakai adalah cat tembok.

> Plafon Dengan Isolasi

Tujuan utama dari plafon ini adalah untuk penyekat yang kedap
suara dan tidak mudah menghantarkan panas. Sehingga ruangan dapat
terlindungi dari pengaruh suhu udara dari luar dan suara yang
mengganggu tidak dapat masuk secara langsung ke dalam ruangan.
Pemasangan plafon dengan isolasi membutuhkan bahan yang lebih
banyak dan ketelitian yang lebih baik.

Untuk menambah isolasi suara, plat gips atau potongan kayu
keras dapat dipasang pada papan batang yang besarnya tidak kurang
dari 20×50 mm, papan batang ini digantungkan ke balok dengan
memakai sengkang. Dengan suatu lapisan antara dari wol mineral,
sengkang dipasang pada balok dan pemasangan lebih baik dilakukan
pada setiap balok kedua.

Plat rangkap dari karton gips juga dapat dipasang dan suatu
lapisan plat wol mineral dengan ketebalan 45 mm dan tak terbungkus,
dapat diletakkan pada papan batang.

Potongan kayu keras, seperti halnya plat tersebut, harus dipasang
pada papan batang. Plat wol mineral dapat digunakan untuk tambahan
isolasi. Plat gips yang dipasang terdiri dari suatu lapisan gips – adukan
kapur, sedangkan plat papan dan potongan kayu keras dicat dua lapis.

Selimut kaca dan selimut wol setebal 60 mm merupakan bahan
yang cocok untuk isolasi suara, karena selimut ini mempertinggi nilai
isolasi dengan 6 dbA. Apabila antara balok dipasang plat busa polistiren
atau plat wol mineral, maka kedua bahan ini dapat menyebabkan
peninggian nilai isolasi dengan 4 dbA. Sebagai suatu konstruksi
penyekat, langit-langit yang tergantung lebih baik dalam menyekat suatu
ruangan. Langit-langit yang tergantung bebas memiliki nilai isolasi yang
lebih tinggi. Suatu kombinasi langit-langit yang dilengkapi dengan selimut
wol mineral dapat menyebabkan nilai isolasi meningkat.

Untuk mendapatkan isolasi suara yang baik konstruksi plat lantai
juga perlu dibuat dengan sistem isolasi. Pada sebelah bawah penutupan
lantai yang keras, dapat dipasang suatu lapisan peredam suara yang
lebih lunak.

Pada konstruksi lantai yang lebih ringan, peninggian massa pada
umumnya merupakan cara yang tepat untuk memperoleh isolasi pantulan
suara dan isolasi gema suara yang cukup. Isolasi termis pada lapisan
balok plat dapat diperoleh dengan menggunakan selimut wol mineral,
untuk mencegah pembentukan kondensasi pada konstruksi lantai perlu
adanya ventilasi dengan menggunakan pipa buatan pada tembok luar
bangunan.